Prof.
Dr. Zamzani merupakan Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) jurusan
Bahasa dan sastra Indonesia. Riwayat
pendidikan beliau menempuh S1 di IKIP Yogyakarta (UNY) pada tahun 1977 bidang
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kemudian melanjutkan S2 di IKIP Malang (UM) pada tahun 1985 bidang
Pendidikan Bahasa. Lalu menempuh S3 di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tahun 1999 dengan bidang yang sama yaitu
Pendidikan Bahasa. Keahlian yang
dimiliki oleh beliau yaitu Linguistik Terapan Bahasa Indonesia. Kini, beliau mengampu mata kuliah Analisis
Wacana, Analisis Bahasa, Perencanaan Bahasa, Psikolinguistik, Sosiolinguistik,
dan Seminar Kebahasaan.
Seminar Internasional PBSI UIN Jakarta
Pendidikan Berbasis Keragaman Budaya: Sumbangan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumat, 31 Oktober 2014
Biografi Sudjiwo Tejo
Agus
Hadi Sudjiwo atau populer dengan nama Sudjiwo Tedjo dikenal sebagai seorang
aktor dan budayawan. Pria yang sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama
delapan tahun ini kemudian mengubah arah kariernya menjadi seorang penulis,
pelukis, pemusik dan dalang wayang.
Sejak
kuliah, Tedjo sudah memiliki hasrat yang besar di bidang seni. Ia mulai menjadi
penyiar radio di kampus, bermain teater, dan mendirikan ludruk ITB bersama
budayawan Nirwan Dewanto. Selain itu, Tedjo menjabat sebagai Kepala Bidang
Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di ITB dan membuat hymne
jurusan Teknik Sipil ITB pada orientasi studi 1983.
Sementara
itu, kemampuan dalang Tedjo sendiri sebenarnya telah berkembang sejak usianya
masih anak-anak. Ia sering menciptakan sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai
awal profesinya di dunia wayang, misalnya saja Semar Mesem pada tahun 1994. Tedjo
pun mampu menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di TPI di tahun 1996,
yang kemudian disusul dengan wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon
Bisma Gugur.
Berlanjut
pada tahun 1999, Tedjo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang, dengan tujuan
untuk memberi nafas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan
masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, ia mendalang keliling Yunani.
Tedjo
juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk
Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004. Dalam
aksinya sebagai dalang, Tedjo suka melanggar berbagai pakem pewayangan,
termasuk Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa pun ia buat tidak selalu benar
dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.
Dalam
bidang musik, Tedjo dikenal sebagai penyanyi di tahun 1998 berkat lagu-lagunya
di album Pada Suatu Ketika. Video klip dari lagu Pada Suatu Ketika pun mampu
meraih penghargaan sebagai video klip terbaik pada Grand Final Video Musik
Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik
untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000.
Tedjo
juga pernah menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of
Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung
Kesenian Jakarta. Hasil pertunjukan karya bersamanya dengan Rusdy Rukmarata
digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus
sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.
Untuk
bidang teater, kiprah Tedjo terlihat dari keaktifannya mengajar teater di EKI
sejak 1997. Tedjo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di
Indonesia sejak 1998. Ia pun sering menggelar atau turut serta dalam pertunjukan
teater, misalnya membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer
Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu pada 1999.
Belum
berhenti sampai di situ, Tedjo juga menjajal akting dan juga menjadi sutradara
di beberapa film Indonesia. Debut film pertamanya adalah Telegram di tahun 2001
arahan Slamet Rahardjo dengan lawan main Ayu Azhari. Film-film bergengsi lain
yang pernah dibintanginya di antaranya adalah Janji Joni, kafir, Detik
Terakhir, Sang Pencerah, dan Tendangan dari Langit.
*Diambil dari berbagai sumber
2.
Langganan:
Komentar (Atom)